Cari Blog Ini

Senin, 09 Agustus 2010

Kesehatan. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Status kesehatan masyarakat Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan status kesehatan di negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.

Keadaan tersebut masih jauh dari sasaran yang telah ditargetkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). MDG merupakan suatu kesepakatan global, sebagai “benchmarks” untuk mengukur perkembangan dalam pencapaian Deklarasi Millenium 2000. Beberapa target MDG yang ingin dicapai pada akhir tahun 2015, yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain adalah: (1) mengurangi separuh penduduk yang mengalami kelaparan, (2) mengurangi dua per tiga angka kematian bayi dan angka kematian balita, (3) mengurangi tiga per empat angka kematian ibu, (4) menekan penyebaran penyakit HIV/AIDS, (5) menekan penyebaran penyakit malaria dan TBC, (6) meningkatkan akses terhadap obat esensial, dan (7) mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap penyediaan air bersih.

Geografi. Kalimantan Selatan mempunyai luas sekitar 38.822,62 km2, terletak diantara 1140 Bujur Timur sampai 1160 Bujur Timur dan 10 Lintang Selatan sampai 40 Lintang Selatan serta dibagi menjadi bagian barat dan timur oleh pegunungan Meratus. Berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur di sebelah Utara, Laut Jawa di sebelah Selatan, sebelah Barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah dan sebelah Timur dengan Selat Makasar.

Pemerintahan. Secara administratif pemerintahan terbagi menjadi 13 (tiga belas) Kabupaten/Kota yang terdiri dari 2 (dua) Kota dan 11 (sebelas) Kabupaten., yaitu : Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Batola, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan.
Pembangunan yang dilaksanakan di Propinsi Kalimantan Selatan di bagi menjadi 3 (tiga) sub wilayah pembangunan, yaitu :
1. Sub Wilayah Pembangunan I (Sub Wilayah Pembanguan Kayu Tangi), berpusat di Banjarmasin yang meliputi Kotamadya Banjarmasin, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.
2. Sub Wilayah Pembangunan II (Sub Wilayah Pembanguan Banua Lima), berpusat di Kandangan yang meliputi Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Tabalong.
3. Sub Wilayah Pembangunan III (Sub Wilayah Pembanguan Tanah Bumbu), berpusat di Kotabaru yang meliputi Kabupaten Kotabaru.

Demografi. Jumlah penduduk Prop. Kalimantan Selatan tahun 2003 berjumlah 3.174.551 jiwa terdiri dari laki-laki 1.583.358 dan perempuan 1.591.193 selanjutnya untuk tahun 2004 penduduk bertambah menjadi 3.219.398 terdiri dari laki-laki 1.597.548 (…%) dan perempuan 1.621.850 (…%). Jumlah penduduk pada tahun 2004 bila dilihat dari daerah 13 kabupaten/kota, maka yang terbanyak penduduknya adalah Kota Banjarmasin yaitu sebesar 572.300 (..%), sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kota Banjarbaru sebanyak 144.966 jiwa (..%).

Rasio Jenis Kelamin. Pada tahun 2003 di Kalimantan Selatan jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk perempuan yaitu nilai rasio jeni kelamin sebesar 99,51%, ini menunjukkan 99 orang penduduk laki-laki terdapt 100 orang penduduk perempuan. Secara keseluruhan rasio jenis kelamin di perkotaan lebih kecil dibanding di pedesaan, walupun perbedaan itu tidak terlalu besar. Ini berarti prosentase penduduk laki-laki di perkotaan lebih sedikit dibanding di pedesaan.

Persebaran dan Kepadatan Penduduk. Pola pesebaran penduduk di Kalimantan Selatan tidak merata, baik pada tahun 2002 mapun 2003, penduduk lebih terpusat di kota Banjarmasin. Secara umum pada tahun 2002 dan 2003 kepadatan penduduk tiap kabupaten mengalami kenaikan, hanya kabupaten HS. Selatan yang relatif tidak berubah, bahkan tapin mengalami penurunan. Kepadatan penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2003 adalah 85 per km2, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (81 per km2). Kota Bajarmasin mempunyai kepadatan penduduk tertinggi sebesar 7.789 per km2, sementara kabupaten dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Kotabaru 31 per km2 hal ini disebabkan kotabaru adalah kabupaten yang terluas wilayahnya diantara kabupaten lainnya


C. Derajat Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat menggambarkan kondisi kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat yang diukur dengan angka kematian, imir harapan hidup, status gizi dan angka kesehatan. Indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan antara lain angka kematian (mortality), angka kesakitan (morbidity) dan status gizi.

1. Angka Kematian (Mortality Rate)
Angka Kamatian bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR). AKB di Propinsi Kalimantan Selatan menunjukkan penurunan setiap tahun, berdasarkan SUSENAS 1999 yang dilaksanakan oleh BPS yang menunjukkan 67 orang bayi meninggal dari setiap seribu bayi yang lahir hidup, tahun 2001 menurut BPS Propinsi Kalimantan Selatan 49 orang bayi meninggal dari setiap seribu bayi lahir hidup dan pada tahun 2003 terjadi penurunan 45 per seribu kelahiran hidup. Tahun 2004 masih 45 per seribu kelahiran hidup. Jadi dalam ebam tahun sejak tahun 1999 ampai tahun 2004 telah terjadi penurunan AKB.

Angka Kematian Balita (Akab)/Child Mortaliry Rate (CMR). Bedasarkan hasil SUPAS, AKAB per seribu balita di Propinsi Kalimantan Selatan tahun 1995 adalah 100 per seribu balita, tahun 1999 AKAB menjadi 67 per seribu balita dan pada tahun 2000 AKAB 57 per seribu balita (BPS Kalimantan Selatan). Jadi AKAB dari tahun ke tahun di Kalimantan Selatan terjadi penurunan yaitu 10 per 1000 balita (SKDI tahun 2002-2003).

Angka Kamatian IBU (AKI)/Maternal Mortality Rate (MMR). AKI saat ini baru dapat diproleh dari survei-survei terbatas sifatnya dan angka yang dihasilkan juga masih bersifat nasional atau belum bisa menggambarkan kondisi kematian ibu dalam cakupan wilayah yang lebih kecil. Jumlah kematian ibu puskesmas dan Rumah Sakit di Kalimantan Selatan beradasarkan data Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2003 berjumlah 79 orang dan tahun 2004 berjumlah 75 orang. Penyebab kematian ibu tersebut 32% disebabakan pendarahan, 32% disebabkan ekalmsia, 14% disebabkan infeksi dan 22% disebabakan oleh sebab lain.

2. Angka Harapan Hidup (AHH)
AHH waktu lahir penduduk Propinsi Kalimantan Selatan semakin menunjukkan peningkatan. Pada akhir tahun 60-an AHH Kalimantan Selatan 42,56 tahun, menjadi 50 pada awal tahun 70-an. Pada tahun 2004 menurut estimasi BPS Propinsi Kalimantan Selatan angka ini tercatat 61,6 tahun 9angka sangat sementara). Ini berarti selama 44 tahun AHH Kalimantan Selatan telah bertambah sekita 19,04 tahun. Masih menurut BPS Propinsi Kalimantan Tahun 2004 Kabupaten Tanah Laut memilki AHH yang paling tinggi dibandingka dengan kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Selatan yaitu mencapai 67 tahun atau diatas AHH nasional 66,2 tahun. Sebaliknya yang mempunyai AHH paling rendah adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu 59,1 tahun.

3. Kesakitan/Morbidity
Banyaknya masyarakat yang sakit menggambarkan suatu kondisi kesehatan di suatu wilayah, indikator yang bisa digunakan antara lain IR (Incidence Rate) atau Prevalence (PR), kedua indikator ini sama-sama menunjukkan kajadian penyakit tertentu yang terjadi pada suatu polpulasi/penduduk, tetapi prevalensi lebih menunjukkan kasusu keseluruhan sedangkan insidence hanya mencakup kasus baru penyakit tertentu.

Malaria. Dari hasil pencatatan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2004, kasus penyakit malaria di Kalimantan Selatan angka klinis malaria antara lain : 10.929 orang dan yang positif menderita malaria 2.543 (45,5%) dan yang diobati sebanyak 10.929 orang (100%).

Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka kesakitan DBD di Kalimantan Selatan Tahun 2004 adalah 384, jumlah kasus DBD adalah 384 orang tersangka yang ditangani 384 orang (100% dan yang meninggal dunia sebanyak 3 orang (SFR 0,78%).

HIV/AIDS. AIDS merupakan kumpulan gejala yang rumit karena lumpuhnya sistem pertahanan tubuh, yang disebabkan oleh viurus HIV yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang dapat meninggal dunia karena penyakit yang sebenarnya tidak berbahanya. Di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2004 menutur laporan Sub Dinas P2PL Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan kasus HIV/AIDS sebanyak 17 kausus dengan 5 (lima) orang penderita.

TB Paru (Tuberkulosa Paru). Penyakit TB Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat di Propinsi Kalimantan Selatan. Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian yang cukup besar dan penularan langsung melalui inhalasi, droplet (tergolong penyakit menular langsung). Menurur data tahun 2004 penderita TBC BTA Positif menurut golongan umur adalah : kelompok umur 0-14 tahun 2%, 14-24 tahun 10%, 25-34 tahun 24%, 35-44 tahun 23%, 45-54 tahun 21%, 55-64 tahun 13% dan kelompok umur 65 tahun keatas sebanyak 7%. Sementara penderita TBC BTA positif dikelompokkan menutur jenis kelamin dlah pria sebanyak 57% dan wanita sebanyak 43%.

Kusta. Eliminasi kusta atau angka prevalensi kurang dari 1 penderita per 1000 penduduk akan dicapai pada tahun 2005 dan bebas kusta pada tahun 2020. Kegiatan untuk mencapai eliminasi kusta tersebuta adalah :
 Pemberantasan penyakit kusta/LEC : pertemuan koordinasi inter sektor kabupaten/kota, pemeriksaan suspec oleh puskesmas.
 Distribusi obat MDT
 Case Pending, Case Holding oleh petugas wasor kusta puskesmas kabupaten/kota
 Kerjasama P2P Kusta dengan TLML.
Jumlah penderita kusta sebanyak 332 orang,penderita cacat tingkat 2 (RTF) sebanyak 262 orang (79%).

Filariasis/Kaki Gajah. Dari hasil survei di 4 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan didapatkan mikrofilaria rate melebihi target nasional seperti Sungai Sumba kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru, Tapuk Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten HS. Tengah, Pugaan Kabupaten Tabalong dan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Eliminasi penyakit kaki gajah ini diharapkan dapat dicapai pada tahun 2020 dengan indikator menurunnya angka mikrifilaria rate (MF Rate) menjadi kurang dari 1%. Jumlah penderitapanyakit filaria sebanyak 221 orang, yang ditangani sebanyak 221 (100%).

ISPA. Cakupan penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas).di Propinsi Kalimantan Selatan pada 13 kabupaten/kota pada tahun 2004 sebesar 43,65% (15.175 kasus dari target 34.768 Balita). Cakupan sebesar 43,65% berarti dalam 100 orang hanya 43 balita yang dapat diakses/dilayani oleh tenaga kesehatan. Target penemuan penderita yaitu 10% x penduduk balita atau cakupan penemuan sebesar 86% dari 13 kabupaten/kota yang ada, dan Propinsi Kalimantan Selatan belum mencapai target nasional tetapi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 (34,49%), tahun 39,41%), dan pada tahun 2003 menjadi 41,43%.

Diare. Penyakir diare merupakan penyebab utama kematian pada balota. Di Propinsi Kalimantan Selatan penemuan penderita diare tahun 2004 oleh kader sebanyak 3.641 orang penderita, dari sarana kesehatan sebanyak 41.031 orang dengankematian 2 orang. Jadi angka CFR 0,01% dan IR sebesar 104%.

4. Status gizi Masyarakat
Status Gizi Bayi. BBLR meruapakan salah satu indikator yang menunukkan status gizi bayi yang dipengaruhi kondisi kesehatan ibu saat hamil. Tahun 2004 di. Kalimantan Selatan terdapat 1,66% kasus BBLR dari 64.509 bayi lahir atau 1.072 bayi.

Status Gizi Balita. Pada Tahun 2004 di Kalimantan Selatan dari 321.405 balita yang ada, 144.373 balita diantaranya di timbang berat badaannya dengan hasil penimbangan 104.751 balita mengalami kenaikan atau 72,56% dari balita yang ada. Dari total balita yang ditimbang 1,72% baearada di bawah garis merah (BGM).

GAKY. Pemantauan garam beryodium di masyarakat pada tahun 2004 di Kalimantan Selatan dilakukan secara langsung oleh petugas gizi disertai guru SD/MI di kabupaten/kota dengan hasil sebagai berikut : jumlah sampel SD/MI 568, jumlah sampel murid 11.610. Hasil pemantauan : kategori Desa Baik 444 dan Kategori Desa Tidak Baik 111.


D. Kesehatan Lingkungan dan PHBS

1. Kesehatan Lingkungan
Perumahan Sehat. Di Kalimantan Selatan berdasarkan data Sbdin P2PL Dinas Kesehatan Prop. Kalimantan Selatan tahun 2004 jumlah rumah seluruhnya sebanyak 541.263 buah, diperiksa 541.263, rumah sehat sebanyak 289.872 buah.

Tempat-tempat Umum. Dari hasil kegiatan Program Kesehatan Lingkungan jumlah Tempat-tempat Umum (TTU) yang ada sebanyak 10.868, TTU diperiksa 10.780 dan jumlah TTU yang sehata sebanyak 8.091.

Sanitasi Dasar. Di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 cakupan air bersih di perkotaan sebesar 56,29%, di pedesaan sebesar 43,34%. Cakupan jamban keluarga di perkotaan sebesar 50,22% dan dipedesaan 29,13%.

2. PHBS
Dalam rangka mempercepat proses peningkatan derajat kesehatan masyarakat diupayakan untuk membudayakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) bagi setiap individu dengan penyebarluasan informasi kesehatan, kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan penyuluhan kesehatan dengan strategi menkaji PHBS pada setiap tatanan masyarakat. Pada tahun 2004 jumlah rumah tangga yang dipantau adalah 65.139 buah dan yang ber-PHBS sebanyak 40.285 buah atau 61,84%.

3. UKBM
Jumlah Posyandu di Kalimantan Selatan sebanyak 3.313 buah terdiri dari Posyandu Pratama 1.749 Buah (52,79%), Madya 1.078 buah (32,54%), Purnama sebanyak 412 buah (12,44%) dan Mandiri sebanyak 74 buah (2,23%).

4. JPKM
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau penyelenggaraan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dengan mutu yang terjamin dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang diselenggarakan secara praupaya. Jumlah peserta JPKM antara lain : Askes 251.539 peserta, Bappel & Prabapel 54.090 peserta, Jamsostek 41.205 peserta, Kartu Sehat 185.098 peserta, Dana Sehat 20.170 peserta dan lainnya sebanyak 5.324 peserta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar