Demam berdarah dengue
atau DBD nampaknya masih membutuhkan banyak perhatian dari masyarakat dan
pemerintah. Karena sampai saat ini setiap kali musim hujan ataupun pancaroba
datang, ada saja beberapa wilayah yang masih terkena serangan penyakit ini.
Bahkan tak jarang kasus demam berdarah dengue yang terjadi akan menimbulkan
wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dan menelan banyak korban khususnya dari
kalangan anak-anak. Untuk menyikapi hal tersebut pada akhirnya pemerintah
mencanangkan suatu gerakan yang dinilai dapat menangani kasus ini dengan lebih
efisien yaitu Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik guna menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat DBD.
Jumantik, Si Juru Pemantau Jentik
Jumantik sebenarnya
bukanlah sesuatu yang baru di dunia pencegahan demam
berdarah dengue. Jumantik singkatan dari Juru Pemantau
Jentik, yaitu merupakan anggota masyarakat yang secara sukarela memantau keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungannya, melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN secara rutin, serta meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan masyarakat menghadapi demam berdarah dengue (DBD).
Pada tahun-tahun sebelumnya, gerakan jumantik memang sudah diterapkan oleh
pemerintah. Penerapan jumantik ini awalnya dilakukan dengan menunjuk sebanyak
dua atau tiga orang anggota masyarakat yang berasal dari lingkungan sekitar
untuk memantau perkembangan jentik nyamuk di satu kabupaten. Orang yang
ditunjuk ini kemudian disebut sebagai kader jumantik. Biasanya mereka diberikan
pelatihan terlebih dahulu oleh petugas kesehatan setempat.
Dalam praktiknya
memantau suatu wilayah, para jumantik memiliki tugas yaitu:
- Mengecek keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dan tempat yang dapat digenangi oleh air bersih serta memastikan tempat penampungan air dapat tertutup rapat. Untuk tempat penampungan air yang sekiranya sulit dikuras/dibersihkan akan diberi bubuk larvasida (abate) di sekeliling tempat penampungan air.
- Mengecek keberadaan pakaian yang tergantung di dalam rumah dan memberikan informasi kepada penghuni rumah tersebut agar sebisa mungkin menghindari kebiasaan menggantung pakaian.
- Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk.
- Menyambangi rumah kosong atau yang tidak berpenghuni untuk mengecek jentik nyamuk.
- Bertanggung jawab untuk melakukan pelaporan secara rutin dan berkesinambungan ke petugas kesehatan, instansi terkait, ataupun elemen masyarakat setempat yang berwenang.
Tetapi mengingat angka
kejadian demam berdarah dengue dan wabahnya yang masih saja tinggi, pemerintah
pun kini menginginkan gerakan jumantik tidak hanya dilakukan oleh beberapa
anggota masyarakat saja, melainkan dalam satu rumah terdapat satu orang
jumantik. Alasannya karena tidak semua orang luar dapat masuk ke dalam rumah
terlebih daerah pribadi seperti kamar mandi. Dengan kata lain, pemerintah ingin
seluruh masyarakat terlibat langsung dalam pemberantasan penyakit ini, sehingga
tidak hanya mengandalkan petugas kesehatan setempat saja.
Penerapan gerakan satu
rumah satu jumantik ini diharapkan dapat mempersempit perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti terutama jentik nyamuknya. Membasmi
jentik-jentik nyamuk dinilai lebih mudah dibandingkan mengendalikannya saat
sudah menjadi nyamuk dewasa, sehingga sangatlah penting bagi setiap keluarga di
rumah memiliki satu orang yang rutin memantau jentik di berbagai tempat
penampungan air. Dengan berkurangnya jentik nyamuk maka jumlah nyamuk dewasa
penular demam berdarah dengue akan berkurang yang selanjutnya akan mengurangi
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini.
Demam
berdarah dengue adalah penyakit demam
akut yang disebabkan oleh virus dengue dengan media penularan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Gejala penyakit ini antara lain sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot, radang perut, mual, muntah, diare, pilek
ringan disertai batuk, dan munculnya ruam merah pada kulit. Jika gejala
tersebut ditemukan pada seseorang atau diri sendiri, Anda dapat mengeceknya
dengan alat cek demam berdarah dengue. (pf) Sumber : MEDICALOGY TEAM BERITA KESEHATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar